JAKARTA - Semarak 17 Agustus masih dirasakan oleh
seluruh rakyat Indonesia. Memasuki usia ke-71, tantangan yang akan
dihadapi bangsa pun akan semakin besar, termasuk di bidang pendidikan.
Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan generasi penerus bangsa
yang cerdas dan andal. Sayangnya, hingga saat ini masalah pendidikan
masih menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah. Sistem
pendidikan di sekolah pun masih dinilai belum merdeka.
"Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan adalah membangun
kemandirian. Kemandirian itu sangat luas. Kemudian Paulo Freire
mengungkapkan pendidikan adalah memerdekakan seseorang. Tan Malaka
berpendapat bahwa pendidikan mempertajam pikiran dan memperhalus
perasaan. Sayangnya pendidikan yang seperti pendapat ahli tersebut tidak
ditemukan di 71 tahun Indonesia merdeka," ujar Sekjen Federasi Serikat
Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti, usai diskusi Redbons bertajuk 'Kontroversi Full Day School' di Kantor Redaksi Okezone, belum lama ini.
Sebagai seorang guru, Retno mengungkapkan, selama ini siswa tidak
pernah dilibatkan dalam pengambilan keputusan di sekolah. Artinya,
sistem pendidikan yang ada saat ini belum memerdekakan siswa.
"Contoh, dalam menyusun tata tertib saja tidak partisipatif. Setuju
atau tidak, siswa diminta tanda tangan. Siswanya juga nurut disuruh
tanda tangan. Ini semacam sudah budaya," paparnya.
Selain itu, guru dinilai juga masih belum bisa menempatkan diri
mereka untuk berada di relasi yang sama dengan siswa. Akibatnya, ada
raja kecil di kelas, yakni guru lebih tinggi posisinya dibandingkan
siswa.
"Di sini kemudian terjadi penindasan, anak diancamnya dengan nilai.
Padahal, sebenarnya guru dan siswa itu relasinya seimbang, yang
membedakan adalah fungsi," tuturnya.
Retno juga menyatakan, anak-anak di sekolah masih belum punya
keberanian untuk mengeluarkan pendapat. Bahkan, ketika mengetahui
sekolahnya tidak transparan mereka tak mau melapor lantaran takut
dikeluarkan.
"Untuk mengubah itu semua bisa dimulai dengan guru. Mindset
guru harus diubah bahwa sekolah itu partisipatif, demokratis, dan
menghargai perbedaan. Sekolah juga harus aman dan nyaman bagi siswa.
Jika sudah terpenuhi itu semua, maka terciptalah pendidikan yang
merdeka," tutupnya.
Kamis, 18 Agustus 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar